Sejarah Desa Dungkek

 

  •  Asal Usul Desa 

    Dungkek adalah sebuah nama Desa yang sekaligus sama penamaannya dengan nama Kecamatannya yang terletak diujung timur pulau Madura tepatnya di Kabupaten Sumenep. Di Kecamatan Dungkek memiliki pelabuhan untuk nelayan dan sebagai penghubung dengan pulau pulau lainnya seperti pulau Giliyang, Sepudi, Ra’as, Poday dan lainnya. 

    Dungkek merupakan salah satu desa yang menjadi tempat pelarian Cina dari Semarang. Dungkek berada di bagian paling timur, terletak 30 km dari Kota Sumenep. Asal kata-kata Desa Dungkek ternyata memiliki dua versi, dari versi yang didapatkan di Sumenep, berdasarkan keterangan dari bapak Eddy Setiawan sebagai budayawan maupun bapak Seno selaku pengurus di kelenteng Sumenep dan bapak Imam selaku pengurus kelenteng Pamekasan, mereka mengatakan bahwa asal muasal kata Dungkek adalah "dong kek (tongke) atau tempat masuknya para pedatang dari Tiongkok (sengkek). Sedangkan dari penuturan orang Tionghoa di Dungkek yang sempat diwawancarai mengatakan bahwa arti Dungkek adalah "maddhung singkek" yang mengandung arti "maddhung" adalah orang yang pekerjaannya menggali batu dan "singkek" adalah orang keturunan Cina. Sehingga kata Dungkek artinya "se Maddhung Bato Oreng Singkek". marga Tjoalah yang pertama datang di abad ke 18 sebagai tukang batu untuk menggali batu dan memahat batu yang digunakan sebagai bahan bangunan untuk gapura masjid jamik Sumenep yang dibangun pada tahun 1779 dan juga keraton Sumenep yang dibangun pada tahun 1781. Sampai saat ini peninggalan-peninggalan penduduk Cina masih bisa dijumpai di Desa Dungkek salah satunya tempat pemakaman Tionghoa alaupun banyak batu walaupun nisan itu sudah tidak ada catatan sama sekali dan sekilas dilihat rata-rata pekuburan itu adalah awal abad 19 hingga akhir abad 20. Tapi sempat juga ada beberapa nisan yang menggunakan aksara mandarin dan penanggalan Confucius era satu maupun republic era dua. Hal yang menarik di kompleks pekuburan itu, yaitu adanya lubang-lubang dalam dan terlihat bekas-bekas galian yang ditinggalkan dan beberapa sudah ditumbuhi oleh tumbuhan-tumbuhan,Spekulasi lain baha lubang itu sebagai tempat penampungan air juga dikesampingkan karena adanya undakan-undakan anak tangga. Karena sebelumnya sudah mendengar tuturan dari beberapa sesepuh Dungkek tentang tukang batu dari Tiongkok, lubang-lubang ini memiliki kemungkinan bahwa dahulunya adalah lubang galian untuk mengambil batu sebagai bahan bangunan untuk keraton dan masjid. Dan Sesepuh Dungkek juga mengatakan bahwa lubang-lubang itu adalah sisa-sisa penggalian pada jaman dahulu bahkan di atasnya masih ada beberapa lubang. maka dapat disimpulkan bahwa lubang-lubang bekas galian itu bisa semakin mengukukuhkan asal mula kata Dungkek adalah "maddhung singkek" yang berarti para pendatang dari Tiongkok menjadi pengrajin dan penggali batu yang digunakan untuk membangun keraton dan masjid di Sumenep.

  • Sejarah Pemerintahan Desa

Sejak zaman dahulu, Desa Dungkek sudah dipimpin oleh kepala Desa di antaranya:

  1. Limbang
  2. Bahurekso atau dikenal dengan nama Rama Lok 
  3. Moh. Amir (1985-1992) ia meninggal sebelum masa jabatannya berakhir.
  4. H. Mashuri  (1992-2002) terpilih dalam dua periode, dan beliau mertua kepala Desa sebelumnya. 
  5. Tantawi H. Farid memimpin selama dua periode mulai tahun 2003-2015.
  6. Jumahri memimpin mulai dari tahun 2015-sekarang.

Pada zamannya Buharekso struktur organisasi dalam memimpin Desa Dungkek dibantu oleh, Juru tulis dan Apel. Sedangkan pada zamannya Moh. Amir, kepala desa dalam menjalankan program Desanya dibantu oleh, Carik (Sekretaris Desa, 5 Kepala Dusun, 3 Kaur, dan 3 orang Kasi).

Perlengkapan lainnya pada tahun 1985 adalah Hansip, dan sekarang menjadi Limnas. Kemudian pada pemerintahnnya H. Mashuri kepala Desa mempunyai mitra kerja yaitu BPD (Badan Perwakilan Desa) sebanyak 15 orang dan pada pemerintahnnya Tantawi H. Farid dikurangi menjadi 9 orang, dengan 1 sekretaris BPD dan 1 stafnya, di tahun 2010 BPD mengambil sekretaris di dalam lembaganya sendiri.

Pada saat pemerintahan Jumahri membentuk karang taruna dan BUMDes di Desa Dungkek. hal ini merupakan sebuah terobosan pembangunan desa Dungkek untuk kesejahteraan masyarakatnya. BUMDes sendiri di kelola oleh pihak desa sendiri dengan berbagai macam hasil kreatifitas masyarakat Dungkek.

Desa Dungkek berawal dari sebuah cerita di mana pada zaman dahulu ada tukang batu (Maddhung) yang pekerjanya adalah orang Tionghoa keturunan (Singkek), sehingga masyarakat saat itu menyimpulkan karena orang yang macul saat itu adalah orang-orang Tionghoa maka disebutlah wilayah ini dengan nama Dungkek (se maddhung bato oreng singkek), pertama-tama orang Singkek tersebut bekerja dibagian utara (Daja), maka sampai saat ini jadi nama Dungkek Daja, karena tidak ada batu lagi di bagian Utara maka mereka pindah kebagian selatan sehingga sekarang tempat itu bernama Dusun Dungkek Laok.

Akibat batu yang terus menerus diambil maka di sana terdapat sebuah bekas lubang, bekasnya tersebut berbentuk jurang sehingga tempat itu menjadi Dusun Panjurangan, dan nama So’ongan berasal dari daerah pesisir yang menjadi tempat pemujaan (Panyo’on). Sampai saat ini masih dapat menjumpai orang Singkek atau orang Tionghoa, berikut pemakaman orang-orang terdahulu sebagai bukti awal orang Singkek di Desa ini.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kegiatan Outbond Seru untuk Anak-anak Desa Dungkek oleh Tim KKN 31 UTM

Desa Dungkek, 16 Juli 2023 Hari yang cerah menyambut kegembiraan anak-anak Desa Dungkek saat mereka berpartisipasi dalam kegiatan outbond ya...